Pagi itu… Rasulullah SAW dengan suara yang terbatas memberikan khutbah.. “Wahai umatku… Kita semua ada dalam kekuasaan Allah & cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya…”
“Ku wariskan dua perkara pada kalian, Al Quran Dan Sunnahku..”
“Barang siapa yang mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan masuk syurga bersama-sama aku..”
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah SAW yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu..
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca.
Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.
Usman menghela nafas panjang.
Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba………..
“Rasulullah SAW akan meninggalkan kita semua”.. Keluh hati semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat……
Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah SAW yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar.
Disaat itu kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu…………………..
=========================
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah SAW masih tertutup.
Sedang di dalamnya, Rasulullah SAW sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba di luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
“Bolehkah saya masuk?”. Tanyanya…
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk.
“Maaflah, ayahku sedang demam.” Kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup daun pintu.
Kemudian dia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.
“Siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya.” Tutur Fatimah lembut.
Lalu Rasulullah SAW menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang……..
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia… Dialah malakul maut.”
Kata Rasulullah SAW …..
Fatimah pun menahan ledakan tangisnya..
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah SAW menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebenarnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
“Jibril jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?”…. Tanya Rasulullah SAW dengan suara yang amat lemah.
“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu…” Kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak menbuatkan Rasulullah SAW lega. Matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tudak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi…
“Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”.. Tanya Rasulullah SAW..
“Jangan khuatir wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan syurga bagi siapa sahaja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya’….” Kata Jibril….
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas…………………..
Perlahan ruh Rasulullah SAW ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah SAW bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini..” Perlahan Rasulullah SAW mengaduh.
Fatimah terpejam.
Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam.
Jibril memalingkan muka…
“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah SAW pada malaikat pengantar wahyu itu…
“Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal…” Kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah SAW memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi……
“YA ALLAH!!!! Dasyatnya nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada UMATKU”…
Badan Rasulullah SAW mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu..
Ali segera mendekatkan telinganya..
“Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum…
(peliharalah solat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu..”)
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan…….
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah SAW yang mulai kebiruan….
“Ummatii…. Ummatii… Ummatii…”
Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu…..
Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaih…
Betapa cintanya RasulullahSAW kepada kita…..
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah SAW yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu..
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca.
Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.
Usman menghela nafas panjang.
Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba………..
“Rasulullah SAW akan meninggalkan kita semua”.. Keluh hati semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat……
Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah SAW yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar.
Disaat itu kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu…………………..
=========================
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah SAW masih tertutup.
Sedang di dalamnya, Rasulullah SAW sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba di luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
“Bolehkah saya masuk?”. Tanyanya…
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk.
“Maaflah, ayahku sedang demam.” Kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup daun pintu.
Kemudian dia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.
“Siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya.” Tutur Fatimah lembut.
Lalu Rasulullah SAW menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang……..
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia… Dialah malakul maut.”
Kata Rasulullah SAW …..
Fatimah pun menahan ledakan tangisnya..
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah SAW menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebenarnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
“Jibril jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?”…. Tanya Rasulullah SAW dengan suara yang amat lemah.
“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu…” Kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak menbuatkan Rasulullah SAW lega. Matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tudak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi…
“Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”.. Tanya Rasulullah SAW..
“Jangan khuatir wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan syurga bagi siapa sahaja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya’….” Kata Jibril….
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas…………………..
Perlahan ruh Rasulullah SAW ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah SAW bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini..” Perlahan Rasulullah SAW mengaduh.
Fatimah terpejam.
Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam.
Jibril memalingkan muka…
“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah SAW pada malaikat pengantar wahyu itu…
“Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal…” Kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah SAW memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi……
“YA ALLAH!!!! Dasyatnya nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada UMATKU”…
Badan Rasulullah SAW mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu..
Ali segera mendekatkan telinganya..
“Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum…
(peliharalah solat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu..”)
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan…….
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah SAW yang mulai kebiruan….
“Ummatii…. Ummatii… Ummatii…”
Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu…..
Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaih…
Betapa cintanya RasulullahSAW kepada kita…..
Tiada ulasan:
Catat Ulasan